Rabu, 25 Mei 2011

epistaksis (mimisan) -definisi,etiologi,penatalaksaan-

Definisi
Epistaksis adalah pendarahan akut dari rongga hidung atau  nasofaring.  Merupakan keluhan yang sering didapatkan di bagian gawat darurat dan menyebabkan kecemasan pada pasien maupun klinisi. Walaupun demikian, 90% pasien yang datang di bagian gawat darurat dengan epistaksis, dapat ditangani dengan baik oleh tenaga medis. Epistaksis biasa diklasifikasikan menjadi epistaksis anterior dan posterior. Epistaksis anterior bisa berasal dari pleksus kiesselbach atau dari arteri ethmoidalis anterior, sedangkan epistaksis posterior biasanya berasal dari arteri sfenopalatina atau dari arteri etmoidalis posterior

Etiologi
Pendarahan hidung ( epistaksis ) diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung. Delapan puluh persen pendarahan berasal dari pembuluh darah pleksus kiesselbach (area little). Pleksus kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis
90% sampai 95% dari semua episode epistaksis adalah epistaksis anterior. Epistaksis bisa terjadi spontan atau berhubungan dengan trauma septum nasi karena manipulasi jari atau nasal spray. Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal maupun sistemik.
Lokasi
Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan posterior. Epistaksis anterior dapat berasal dari pleksus kiesselbach, merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai pada anak anak. Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapt juga dikendalikan dengan tindakan sederhana. Sementara itu, epistaksis posterior berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri etmoid posterior. Biasanya perdarahannya cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan komplikasi seperti anemia, hipovolemia, hingga syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler.





Gambaran Klinis dan Pemeriksaan
  1.  perdarahan yang bervariasi dari minor sampai perdarahan  profus
  2.  Perdarahan dapat keluar dari anterior atau posterior  (postnasal), dimana darah dapat ditelan atau diludahkan       
  3.  Perdarahan bisa berlangsung terus menerus / hilang timbul 
  4.    Hemoptisis atau hematemesis
  5.  Pasien kadang datang dengan syok pada perdarahan yang hebat
Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari bagian depan dan belakang hidung. Perhatian ditujukan pada bagian  hidung tempat awal terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan darah.
Untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan dalam  posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa bekerja. Harus cukup sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorasi sisi dalam hidung. Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat pengisap dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret, maupun darah yang sudah membeku; sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari tempat danfaktor-faktor penyebab perdarahan.
 Setelah hidung dibersihkan, dimasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi local yaitu pantokain 2%  atau lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin 1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara. Sesudah 10-15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah dari hidung yang bersifat kronis memerlukan fokus diagnostic yang berbeda dengan perdarahan hidung aktif yang prioritas utamanya adalah menghentikan perdarahan.


Pemeriksaan yang diperlukan berupa :
1)      Rinoskopi anterior
2)      Rinoskopi posterior
3)      Pengukuran tekanan darah
4)      Rontgen
5)      Skrining koagulopati
6)      Riwayat penyakit

Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan epistaksis adalah  menghentikan perdarahan. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah : Riwayat perdarahan sebelumnya, lokasi perdarahan, apakah darah terutama yang mengalir ke tenggorokan atau yang keluar dari hidung depan bila pasien dalam keadaan duduk tegak, lamanya perdarahan dan frekuensinya, riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit hati, gangguan koagulasi, trauma hidung yang belum lama.
Penatalaksanaan epistaksis ini  disesuaikan dengan keadaan dari pasien tersebut. Pada epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk, kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan kearah septum  selama 15 menit. Tentukan sumber perdarahan dengan memasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidokain serta bantuan alat penghisap untuk membersihkan bekuan darah. Pada epistaksis anterior jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti 20%-30% (asam trikloroasetat 10%) atau dengan elektrokauter. Sebelum dilakukan kaustik diberi analgesic topikal terlebih dahulu. Bila dengan kaustik perdarahan masih berlangsung, diperlukan pemasangan tampon anterior.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar