Senin, 06 Juni 2011

cara blokir dan buka blokir facebook

pernah pastinya jengkel gara gara gak bisa buka situs situs favorit pas lagi asyik asyiknya browsing di kantor ato sekolah....semisal facebook ato twitter ato youtube. gimana sih oknum oknum (yang bertanggung jawab) itu nge blokir ..gimana pula kira kira kita (berperan sebagai oknum tak bertanggung jawab) bisa buka blokir itu...biar bisa bebas eksis...sebenarnya  cara nge blokir cukup mudah dan mudah pula untuk nge jebolnya.
berikut tahap tahapnya:



1. klik pada menu START, lalu klik EXPLORE
2. ketik : C:\WINDOWS\system32\drivers\etc\hosts. isikan di kolom adress di atas menu explore
3. pilih aplikasi NOTEPAD atau WORDPAD pada OPEN WITH
4.tuliskan kode 0.0.0.0 www.facebook.com dibawah 127.0.0.1 local-host
5. SAVE kemudian RESTART
6. terblokir sudah

cara yang sama bisa juga digunakan untuk memblokir situs situs lain. caranya hampir sama yakni dengan menambahkan kode homepage situs yang hendak diblokir pada file yang sama. sedangkan jika hendak ngebuka blokir, anda hanya tinggal mengpus bagian yang sudah ditambahkan tersebut.

Rabu, 25 Mei 2011

epistaksis (mimisan) -definisi,etiologi,penatalaksaan-

Definisi
Epistaksis adalah pendarahan akut dari rongga hidung atau  nasofaring.  Merupakan keluhan yang sering didapatkan di bagian gawat darurat dan menyebabkan kecemasan pada pasien maupun klinisi. Walaupun demikian, 90% pasien yang datang di bagian gawat darurat dengan epistaksis, dapat ditangani dengan baik oleh tenaga medis. Epistaksis biasa diklasifikasikan menjadi epistaksis anterior dan posterior. Epistaksis anterior bisa berasal dari pleksus kiesselbach atau dari arteri ethmoidalis anterior, sedangkan epistaksis posterior biasanya berasal dari arteri sfenopalatina atau dari arteri etmoidalis posterior

Etiologi
Pendarahan hidung ( epistaksis ) diawali oleh pecahnya pembuluh darah di dalam selaput mukosa hidung. Delapan puluh persen pendarahan berasal dari pembuluh darah pleksus kiesselbach (area little). Pleksus kiesselbach terletak di septum nasi bagian anterior, di belakang persambungan mukokutaneus tempat pembuluh darah yang kaya anastomosis
90% sampai 95% dari semua episode epistaksis adalah epistaksis anterior. Epistaksis bisa terjadi spontan atau berhubungan dengan trauma septum nasi karena manipulasi jari atau nasal spray. Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal maupun sistemik.
Lokasi
Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari bagian anterior dan posterior. Epistaksis anterior dapat berasal dari pleksus kiesselbach, merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai pada anak anak. Perdarahan dapat berhenti sendiri (spontan) dan dapt juga dikendalikan dengan tindakan sederhana. Sementara itu, epistaksis posterior berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri etmoid posterior. Biasanya perdarahannya cenderung lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan komplikasi seperti anemia, hipovolemia, hingga syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler.





Gambaran Klinis dan Pemeriksaan
  1.  perdarahan yang bervariasi dari minor sampai perdarahan  profus
  2.  Perdarahan dapat keluar dari anterior atau posterior  (postnasal), dimana darah dapat ditelan atau diludahkan       
  3.  Perdarahan bisa berlangsung terus menerus / hilang timbul 
  4.    Hemoptisis atau hematemesis
  5.  Pasien kadang datang dengan syok pada perdarahan yang hebat
Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari bagian depan dan belakang hidung. Perhatian ditujukan pada bagian  hidung tempat awal terjadinya perdarahan atau pada bagian hidung yang terbanyak mengeluarkan darah.
Untuk pemeriksaan yang adekuat pasien harus ditempatkan dalam  posisi dan ketinggian yang memudahkan pemeriksa bekerja. Harus cukup sesuai untuk mengobservasi atau mengeksplorasi sisi dalam hidung. Dengan spekulum hidung dibuka dan dengan alat pengisap dibersihkan semua kotoran dalam hidung baik cairan, sekret, maupun darah yang sudah membeku; sesudah dibersihkan semua lapangan dalam hidung diobservasi untuk mencari tempat danfaktor-faktor penyebab perdarahan.
 Setelah hidung dibersihkan, dimasukkan kapas yang dibasahi dengan larutan anestesi local yaitu pantokain 2%  atau lidokain 2% yang ditetesi larutan adrenalin 1/1000 ke dalam hidung untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara. Sesudah 10-15 menit kapas dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
Pasien yang mengalami perdarahan berulang atau sekret berdarah dari hidung yang bersifat kronis memerlukan fokus diagnostic yang berbeda dengan perdarahan hidung aktif yang prioritas utamanya adalah menghentikan perdarahan.


Pemeriksaan yang diperlukan berupa :
1)      Rinoskopi anterior
2)      Rinoskopi posterior
3)      Pengukuran tekanan darah
4)      Rontgen
5)      Skrining koagulopati
6)      Riwayat penyakit

Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan epistaksis adalah  menghentikan perdarahan. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah : Riwayat perdarahan sebelumnya, lokasi perdarahan, apakah darah terutama yang mengalir ke tenggorokan atau yang keluar dari hidung depan bila pasien dalam keadaan duduk tegak, lamanya perdarahan dan frekuensinya, riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit hati, gangguan koagulasi, trauma hidung yang belum lama.
Penatalaksanaan epistaksis ini  disesuaikan dengan keadaan dari pasien tersebut. Pada epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan cara duduk, kepala ditegakkan, kemudian cuping hidung ditekan kearah septum  selama 15 menit. Tentukan sumber perdarahan dengan memasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidokain serta bantuan alat penghisap untuk membersihkan bekuan darah. Pada epistaksis anterior jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan kaustik dengan larutan nitras argenti 20%-30% (asam trikloroasetat 10%) atau dengan elektrokauter. Sebelum dilakukan kaustik diberi analgesic topikal terlebih dahulu. Bila dengan kaustik perdarahan masih berlangsung, diperlukan pemasangan tampon anterior.










barotrauma -mengapa telinga sakit saat naek pesawat-

pernah dong pastinya pada ngrasain telinga tersumbat atau malah kesakitan pas lagi naek pesawat… (pesawat terbang, bukan pesawat telpon!) ato pas lagi jalan jalan ke pegunungan/dataran tinggi..bisa juga pas lagi nyelem di lautan daleemm bangett. sangat sangat gak nyaman bukan. so pasti iya..soalnya saya juga pernah ngalamin hehehe. berhari hari malah. sangat teramat begitu menyiksa.. (lebey). sampe sampe dulu saya begitu trauma kalo mo naek pesawat. bahasa kerennya : pesawatpobhia. hmmm..apa sih kira-kira penyebabnya..trus gimana pula ngecegah or ngobatinnya..

kondisi seperti itu oleh para ahli disebut barotrauma. yaitu suatu kerusakan jaringan akibat perubahan tekanan barometrik. seperti yang telah saya sebutkan diatas., kondisi seperti ini biasa terjadi pada perubahan tekanan udara yang tinggi dan relatif mendadak. seperti saat naek pesawat atau menyelam.sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami tentang hukum boyle ( yuk marii dibongkar lagi catatan IPA SMP..-bagi yang merasa rajin mencatat saja-). hukum Boyle menyatakan bahwa suatu penurunan atau peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan ( secara berurutan) suatu volum gas dalam ruang tertutup. bila gas tersebut terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi atau kompresi.
hukum Boyle: volume gas berbanding terbalik dengan tekanan
barotrauma dapat terjadi bilamana ruang ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah) menjadi ruang tertutup dengan menjadi buntunya saluran ventilasi normal. barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena rumitnya fungsi tuba eustakius. tuba eustakius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver valsava. pilek, rinitis alergi, serta berbagai variasi anatomis individual, semuanya merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba eustakius. seperti yang telah dijelaskan di atas, tekanan yang meningkat perlu diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya dapat diseimbangkan secara pasif.

barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat terbang. perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama di atas bumi. dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan terjadi leih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat terbang.
1 kaki adalah sekitar sepertiga meter (0,3048 m)
gejala gejala barotrauma telinga tengah antara lain rasa penuh, nyeri hingga berkurangnya pendengaran. diagnostik dapat dipastikan dengan serangkaian pemeriksaan sederhana, terutama pemerikasaan dengan otoskop. gendang telinga tampak mengalami injeksi dengan pembentukan bleb atau adanya darah di belakang gendang telinga. kadang kadang membran timpani akan mengalami perforasi. dapat disertai gangguan pendengaran konduktif ringan. pengobatan dapat diberikan dekongestan dan mukolitik, serta menghindari aktivitas menyelam atau terbang sampai tekanan telinga tengah kembali normal. proses penyembuhan kasus kasus berat memerlukan waktu hingga 4-6 minggu, sementara untuk kasus yang ringan rata rata hanya memerlukan waktu 2-3 hari.
barotrauma dapat dicegah dengan menghindari terbang atau menyelam pada waktu pilek dan menggunakan teknik pembersihan yang tepat. jika hal ini terjadi pada saat menyelam, hetikan menyelam atau naiklah beberapa kaki dan mencoba menyeimbangkan tekanan telinga tengah kembali. namun jika hal tersebut terjadi pada saat kita terbang dengan pesawat komersil tentu kita memerlukan teknik pembersihan khusus. teknik/manuver pembersihan dapat dilakukan dengan hati hati beberapa menit sebelum pesawat mendarat. jika pasien harus terbang dalam keadaan pilek, maka sebaiknya menggunakan dekongestan semprot hidung atau oral.

deaf child

          Gangguan pendengaran dibedakan menjadi tuli sebagian (hearing impaired) dan tuli total (deaf). Tuli sebagian adalah keadaan fungsi pendengararan berkurang namun masih dapat dimanfaatkan unntuk berkomunikasi. Sedangkan tuli total adalah keadaan fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya sehingga tidak dapat berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan bunyi. Di USA sekitar 12.000 bayi baru lahir dengan gangguan pendengaran ditemukan setiap tahunnya menurut the National Institute on Deafness and Other Communication Disorders. Didapatkan juga sekitar 4000 hingga 6000 bayi dan anak usia dibawah 3 tahun yang telah melewati tes skrining, mendapatkan late onset hearing loss. Sehingga sekitar 16.000 hingga 18.000 bayi dan anak diidentifikasi menderita gangguan pendengaran stiap tahunnya, menyebabkan gangguan pendengaran sebagai cacat lahir yang paling sering ditemukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika gangguan pendengaran, pada semua tingkat tidak berhasil didiagnosa dan ditangani dengan baik, akan dapat berakibat buruk pada kemampuan bicara, bahasa, akademik, emosional dan perkembangan psikososial anak tersebut.
Gangguan pendengaran lazimnya diklasifikasikan menurut sifat dari gannguan transmisi suara. Gangguan konduktif terjadi karena adanya masalah dengan tranmisi energi mekanik menuju koklea yang melibatkan truktur telinga luar dan telinga tengah. Gangguan sensori terjadi karena adanya gangguan pada proses transduksi energy hidraulik ke energi elektrik yang melibatkan koklea. Sedangkan gangguan pendengaran neural terjadi karena gangguan transmisi sinyal elektrik menuju otak, yang melibatkan nervus cranial VIII dan central auditory nervous system

Etiologi
           Gangguan pendengaran terjadi karena adanya gangguan fungsi dari struktur yang menghantarkan sinyal akustik dari telinga luar menuju pusat persepsi di otak. Beberapa kondisi patologis disinyalir sebagai penyebab gangguan pendengaran pada anak, termasuk dalam hal ini adanya penyakit yang melaterbelakangi, trauma dan gangguan perkembangan. Penyebab gangguan pendengaran pada bayi dan anak dibedakan berdasarkan saat terterjadinya gangguan pendengaran yaitu pada masa pranatal (yang bisa disebabkan oleh faktor genetik dan nongenetik), perinatal dan postnatal.

Gangguan pendengaran konduktif pada anak paling sering adalah didapat dan sementara. Kebanyakan memberikan respon bagus terhadap manajemen medis dan dampaknya terhadap fungsi pendengaran jangka panjang dapat diabaikan. Namun ada 2 hal menjadi pengecualian. Pertama, kelainan congenital, terutama yang disebabkan kelainan strukural, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran signifikan , dimana penanganan harus menunggu anak tumbuh dewasa. Kedua, anak yang menderita gangguan telinga tengah rekuren dan sensitivitas pendengaran yang berfluktuasi lebih rawan mengalami gangguan ambang dengar dan masalah bahasa/akademis karena adanya inkonsistensi input pendengaran selama periode penting perkembangan bahasa.

Gangguan pendengaran sensori, atau sensorineural disebabkan adanya gangguan transduksi bunyi dari gelombang mekanik telinga tengah menjadi impuls syaraf di nervus kranialis VIII. Gangguan sensoris bisa terjadi karena beberapa perubahan struktur dan fungsi koklea. Gangguan pendengaran neural dibagi menjadi 2 grup : gangguan retrocochlear dan gangguan proses auditori. Pada gangguan pendengaran ini terjadi gangguan pada hantaran listrik menuju otak yang melibatkan nervus kranialis VIII dan central auditory nervous system.




Gambaran klinis
           Gambaran klinis yang muncul adalah tuli, dimana anak tidak bereaksi terhadap panggilan dari belakang ruangan lain. Pasien dengan gangguan pendengaran yang sangat berat tidak kebingungan terhadap bunyi yang sangat keras yang berasal dari pesawat terbang atau bantingan pintu. Pasien juga tidak mengalami perkembangan dalam bicara dan apabila berbicara, perbendaharaan kata sangat sedikit dan kata-katanya tidak tepat. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak kadang-kadang disertai keterbelakangan mental, gangguan emosional maupun afasia perkembangan. Umumnya seorang bayi atau anak yang mengalami gangguan pendengaran lebih dahulu diketahui keluarganya sebagai pasien yang terlambat bicara.

Pemeriksaan penunjang:
Beberapa pemeriksaan pandengaran yang dapat dilakukan pada bayi dan anak adalah :

1. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem auditorik, bersifat objektif dan tidak invasif. BERA dapat digunakan untuk memeriksa bayi, anak dewasa maupun penderita koma.BERA merupakan pemeriksaan yang paling berguna secara klinis untuk menilai bayi atau anak kecil.
2. Behavioral Observation Audiometry (BOA)
Berdasarkan respon aktif pasien terhadap stimulus bunyi dan merupakan stimulus yang disadari. Pemeriksaan ini dibedakan menjadi Behavioral reflek audiometri dan Behavioral respon audiometri. Pemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran audiometri yang abnormal merupakan petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.
3. Audiometri nada murni.
Pemeriksaan menggunakan audiometer, dan hasil pencatatannya disebut audiogram. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak berusia 4 tahun.
4. Otoacustic Emission (OAE)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang objektif, otomatis, tidak invasif , mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga sangat efisien untukprogram skrining pendengaran bayi baru lahir.

Diagnosis
           Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis, dalam hal ini pelacakan riwayat dari pasien dan keluarga adalah hal yang paling penting. Hal ini mencakup riwayat kelahiran, riwayat keluarga dan riwayat penyakit yang pernah diderita.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada tanda – tanda khas yang mengarah ke suatu sindrom gangguan pendengaran. Pemeriksaan telinga luar dan telinga tengah berguna untk memastikan bahwa tidak atresia telinga luar dan atau proses patologis yang melibatkan telinga tengah.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk menilai pendengaran bayi dan anak adalah BERA, BOA, OAE, timpanometri dan audiometric nada murni. Selain itu, pemeriksaan CT scan memberikan gambaran yang baik yang akan memberikan visualisasi anatomi tulang, ossikula dan telinga tengah. MRI mempunyai perbedaan soft tissu yang tinggi, sehingga pemeriksaan ini ideal untuk evaluasi telinga dalam.

Tatalaksana
1. “Augmentation of hearing”
(i) Alat bantu dengar seharusnya diberikan sesegera mungkin, sebaiknya pada kedua telinga.
(ii) Cochlear implant direkomendasikan untuk tuli sensorineural severe
sampai profound.
2. Perkembangan bicara.
(i) Terapi wicara. Pasien tidak memiliki mekanisme bicara yang sempurna. Kata-kata seharusnya dilatih dengan latihan khusus oleh seorang terapi wicara atau guru khusus untuk anak tuli.
(ii) Lip reading diajarkan kepada beberapa pasien sehingga mereka dapat mengerti percakapan tanpa mendengarnya
.(iii) Sign language merupakan metode lama yang saat ini tidak direkomendasikan lagi