Rabu, 25 Mei 2011

deaf child

          Gangguan pendengaran dibedakan menjadi tuli sebagian (hearing impaired) dan tuli total (deaf). Tuli sebagian adalah keadaan fungsi pendengararan berkurang namun masih dapat dimanfaatkan unntuk berkomunikasi. Sedangkan tuli total adalah keadaan fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya sehingga tidak dapat berkomunikasi sekalipun mendapat perkerasan bunyi. Di USA sekitar 12.000 bayi baru lahir dengan gangguan pendengaran ditemukan setiap tahunnya menurut the National Institute on Deafness and Other Communication Disorders. Didapatkan juga sekitar 4000 hingga 6000 bayi dan anak usia dibawah 3 tahun yang telah melewati tes skrining, mendapatkan late onset hearing loss. Sehingga sekitar 16.000 hingga 18.000 bayi dan anak diidentifikasi menderita gangguan pendengaran stiap tahunnya, menyebabkan gangguan pendengaran sebagai cacat lahir yang paling sering ditemukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika gangguan pendengaran, pada semua tingkat tidak berhasil didiagnosa dan ditangani dengan baik, akan dapat berakibat buruk pada kemampuan bicara, bahasa, akademik, emosional dan perkembangan psikososial anak tersebut.
Gangguan pendengaran lazimnya diklasifikasikan menurut sifat dari gannguan transmisi suara. Gangguan konduktif terjadi karena adanya masalah dengan tranmisi energi mekanik menuju koklea yang melibatkan truktur telinga luar dan telinga tengah. Gangguan sensori terjadi karena adanya gangguan pada proses transduksi energy hidraulik ke energi elektrik yang melibatkan koklea. Sedangkan gangguan pendengaran neural terjadi karena gangguan transmisi sinyal elektrik menuju otak, yang melibatkan nervus cranial VIII dan central auditory nervous system

Etiologi
           Gangguan pendengaran terjadi karena adanya gangguan fungsi dari struktur yang menghantarkan sinyal akustik dari telinga luar menuju pusat persepsi di otak. Beberapa kondisi patologis disinyalir sebagai penyebab gangguan pendengaran pada anak, termasuk dalam hal ini adanya penyakit yang melaterbelakangi, trauma dan gangguan perkembangan. Penyebab gangguan pendengaran pada bayi dan anak dibedakan berdasarkan saat terterjadinya gangguan pendengaran yaitu pada masa pranatal (yang bisa disebabkan oleh faktor genetik dan nongenetik), perinatal dan postnatal.

Gangguan pendengaran konduktif pada anak paling sering adalah didapat dan sementara. Kebanyakan memberikan respon bagus terhadap manajemen medis dan dampaknya terhadap fungsi pendengaran jangka panjang dapat diabaikan. Namun ada 2 hal menjadi pengecualian. Pertama, kelainan congenital, terutama yang disebabkan kelainan strukural, yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran signifikan , dimana penanganan harus menunggu anak tumbuh dewasa. Kedua, anak yang menderita gangguan telinga tengah rekuren dan sensitivitas pendengaran yang berfluktuasi lebih rawan mengalami gangguan ambang dengar dan masalah bahasa/akademis karena adanya inkonsistensi input pendengaran selama periode penting perkembangan bahasa.

Gangguan pendengaran sensori, atau sensorineural disebabkan adanya gangguan transduksi bunyi dari gelombang mekanik telinga tengah menjadi impuls syaraf di nervus kranialis VIII. Gangguan sensoris bisa terjadi karena beberapa perubahan struktur dan fungsi koklea. Gangguan pendengaran neural dibagi menjadi 2 grup : gangguan retrocochlear dan gangguan proses auditori. Pada gangguan pendengaran ini terjadi gangguan pada hantaran listrik menuju otak yang melibatkan nervus kranialis VIII dan central auditory nervous system.




Gambaran klinis
           Gambaran klinis yang muncul adalah tuli, dimana anak tidak bereaksi terhadap panggilan dari belakang ruangan lain. Pasien dengan gangguan pendengaran yang sangat berat tidak kebingungan terhadap bunyi yang sangat keras yang berasal dari pesawat terbang atau bantingan pintu. Pasien juga tidak mengalami perkembangan dalam bicara dan apabila berbicara, perbendaharaan kata sangat sedikit dan kata-katanya tidak tepat. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak-anak kadang-kadang disertai keterbelakangan mental, gangguan emosional maupun afasia perkembangan. Umumnya seorang bayi atau anak yang mengalami gangguan pendengaran lebih dahulu diketahui keluarganya sebagai pasien yang terlambat bicara.

Pemeriksaan penunjang:
Beberapa pemeriksaan pandengaran yang dapat dilakukan pada bayi dan anak adalah :

1. Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai integritas sistem auditorik, bersifat objektif dan tidak invasif. BERA dapat digunakan untuk memeriksa bayi, anak dewasa maupun penderita koma.BERA merupakan pemeriksaan yang paling berguna secara klinis untuk menilai bayi atau anak kecil.
2. Behavioral Observation Audiometry (BOA)
Berdasarkan respon aktif pasien terhadap stimulus bunyi dan merupakan stimulus yang disadari. Pemeriksaan ini dibedakan menjadi Behavioral reflek audiometri dan Behavioral respon audiometri. Pemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran audiometri yang abnormal merupakan petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.
3. Audiometri nada murni.
Pemeriksaan menggunakan audiometer, dan hasil pencatatannya disebut audiogram. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada anak berusia 4 tahun.
4. Otoacustic Emission (OAE)
Merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea yang objektif, otomatis, tidak invasif , mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga sangat efisien untukprogram skrining pendengaran bayi baru lahir.

Diagnosis
           Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis, dalam hal ini pelacakan riwayat dari pasien dan keluarga adalah hal yang paling penting. Hal ini mencakup riwayat kelahiran, riwayat keluarga dan riwayat penyakit yang pernah diderita.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada tanda – tanda khas yang mengarah ke suatu sindrom gangguan pendengaran. Pemeriksaan telinga luar dan telinga tengah berguna untk memastikan bahwa tidak atresia telinga luar dan atau proses patologis yang melibatkan telinga tengah.
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk menilai pendengaran bayi dan anak adalah BERA, BOA, OAE, timpanometri dan audiometric nada murni. Selain itu, pemeriksaan CT scan memberikan gambaran yang baik yang akan memberikan visualisasi anatomi tulang, ossikula dan telinga tengah. MRI mempunyai perbedaan soft tissu yang tinggi, sehingga pemeriksaan ini ideal untuk evaluasi telinga dalam.

Tatalaksana
1. “Augmentation of hearing”
(i) Alat bantu dengar seharusnya diberikan sesegera mungkin, sebaiknya pada kedua telinga.
(ii) Cochlear implant direkomendasikan untuk tuli sensorineural severe
sampai profound.
2. Perkembangan bicara.
(i) Terapi wicara. Pasien tidak memiliki mekanisme bicara yang sempurna. Kata-kata seharusnya dilatih dengan latihan khusus oleh seorang terapi wicara atau guru khusus untuk anak tuli.
(ii) Lip reading diajarkan kepada beberapa pasien sehingga mereka dapat mengerti percakapan tanpa mendengarnya
.(iii) Sign language merupakan metode lama yang saat ini tidak direkomendasikan lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar